Senin, 04 Januari 2010

Pengaruh Facebook Terhadap Dewasa Awal


1. Latar Belakang


Facebook ramai-ramai mulai banyak dikecam gara-gara mulai dirasakannya dampak negatifnya oleh beberapa kalangan, mulai dari perubahan pola kerja di sebuah kantor, krisis rumah tangga dll. Beberapa pesantren bahkan mulai mengharamkan penggunaan facebook termasuk MUI yang sedang mempertimbangkan juga. Memang di facebook yang narsis, yang ngocol yang semangat terus menyumbangkan catatan kecil dan foto-foto pengalamannya saking cocoknya banyak kalangan pegawai, mahasiswa dan pelajar mulai addict bahkan jadi autis dengan perangkat mobilenya masing-masing. Satu lagi kabar yang mencengangkan bahwa Facebook dibuat oleh seorang programmer muda yang seorang “yahudi” . Bahkan dari keuntungan facebook ini sebagiannya disumbangkan untuk mendukung penyerangan Israel Ke “Palestina” !! benar kah?, lalu mengapa facebook dipertahankan? .

Pro dan Kontra seputar facebook memang masih ramai dibicarakan. Penulis sendiri pada awalnya sangat-sangat prihatin terutama melihat situasi di tempat kerja yang berubah, pengaruh facebook sepertinya lebih mengarah ke penurunan kinerja. Bahkan penulis sempat mengeluarkan statement sebagai Anti Facebook. Lalu penulis mendengar bahwa dengan facebook kita bisa menemukan orang atau teman yang sudah lama tidak bertemu bahkan komunikasi putus. Namun atas saran istri dan meyakinkan pengalamannya dapat menemukan teman-teman di semasa sekolah smp dan sma, akhirnya penulis iseng daftar dan mengikuti.

Kesan pertama melihat facebook biasa saja, tidak jauh dengan website social network yang sebelumnya sempat booming di indonesia “Friendster” . Namun setelah 1 (satu) minggu akhirnya Facebook dapat mempertemukan teman dekat yang cukup lama tidak pernah terhubung. Mulai dari situ ternyata peran facebook untuk mempererat silarturahmi cukup terbukti. Disitu saya rasakan bahwa facebook mulai mendapatkan simpati, akhirnya penulis jatuh hati ke facebook. Hebatnya facebook telah mempengaruhi “musim sosial” salah satunya musim “reuni”. Dilihat dari sini facebook telah menjadi perangkat yang sangat cocok dengan masyarakat Indonesia :”silaturahmi”.

Hari demi hari yang dicari mulai berlanjut, Facebook dijadikan tempat curhat, dan bertahap setiap curhatan berharap di sapa akhirnya sang pecinta faceboook terus- terusan memantau facebooknya ada apa setiap jamnya, setiap menitnya bahkan untuk perangkat mobile yang canggih bisa mendapatkan informasi dari relasi setiap detiknya.. ckckckc… , kita mulai diajak adict dan lupa dengan posisi apa kita. Tentunya kejadian ini tidak menimpa semuanya, paling tidak penulis sempat mengalami kondisi ini. Dan memang ternyata hal yang dikhwatirkan masuk. Inilah mungkin yang disebut dampak negatif.

Tidak heran jika banyak kalangan yang mulai memprihatinkan gejala- gejala masyarakat indonesia yang sudah addict dengan FB ini. Wajar saja jika beberapa pesantren mengeluarkan pernyataan Haram penggunaan FB, atau MUI yang ikut mempertimbangkan mungkin karena penggunaan FB yang hanya digunakan untuk memancing kita lebih sombong, atau mala lupa segala- galanya gara-gara FB jadi dunia dia yang sebenarnya.

Apakah fungsi facebook hanya sampai disitu? , sebenarnya dengan facebook cukup banyak pengguna yang memanfaatkan sebagai lahan bisnis, dengan kuatnya relasi , sehingga penawaran bisnis terkadang menjadi lebih mudah, tanpa perlu memaksa menawarkan barang yang dijual, hanya sekedar memberi simpati, atau dukungan saja barang dapat dipesan dan dibeli melalui facebook ini. Hmmm… sangat cocok bagi para pebisnis yang sudah lama di multi level marketingg yang masih membooming di negara kita.

Lalu bagai mana dengan kabar bahwa pembuat Facebook adalah orang yahudi yang ikut andil menyumbang atas penyerangan israel ke palestina beberapa bulan yang lalu ? . Banyak kalangan yang pro dan kontra menanggapi kabar ini, dimali dari ajakan untuk menghentikan segala kegiatan yang dapat menguntungkan FB, dilain pihak banyak yang memanfaatkan FB sebagai media dakwah dan mengajak semua muslim untuk memenuhi FB agar cepat penuh hinggu biaya yang dibutuhkan tidak disumbangkan melainkan di manfaatkan untuk maintenance server FB sendiri…

Terlepas dari semua itu, jika anda masih pecinta Facebook, aturlah sehingga Facebook tidak menjadi muka diri anda. dan manfaatkanlah facebook sebaik-baiknya. Tidak ada manusia yang sempurna jika kita melakukan kesalahan atau sombong secara tidak sadar di face book, alangkah lebih manusia jika kita memanfaatkan facebook untuk saling menghibur, saling berkomunikasi yang lebih baik. Banyak diantara kita yang rajin menuliskan slogan-slogan ato motto bahkan ada juga yang berdakwah, atau ada yang bertanya untuk dijawab. Sepertinya akan lebih bermanfaat. Akan lebih bermanfaatlagi bagi yang kreatif memanfaatkan FB ini untuk kebutuhan bisnis. Apapun keuntungan yang dihasilkan dari sini dukunglah Palestina, kita berharap sang pembuat ikut tergugah dan malah terbalik ikut menyumbang untuk Palestina.


2. Landasan Teori


a. Facebook


Facebook adalah situs web jejaring sosial yang diluncurkan pada 4 Februari 2004 dan didirikan oleh Mark Zuckerberg, seorang lulusan Harvard dan mantan murid Ardsley High School. Keanggotaannya pada awalnya dibatasi untuk siswa dari Harvard College. Dalam dua bulan selanjutnya, keanggotaannya diperluas ke sekolah lain di wilayah Boston (Boston College, Boston University, MIT, Tufts), Rochester, Stanford, NYU, Northwestern, dan semua sekolah yang termasuk dalam Ivy League. Banyak perguruan tinggi lain yang selanjutnya ditambahkan berturut-turut dalam kurun waktu satu tahun setelah peluncurannya. Akhirnya, orang-orang yang memiliki alamat surat-e suatu universitas (seperti: .edu, .ac, .uk, dll) dari seluruh duniasitus jejaring sosial ini. dapat juga bergabung dengan atau lebih jaringan yang tersedia, seperti berdasarkan sekolah, tempat kerja, atau wilayah geografis.

Selanjutnya dikembangkan pula jaringan untuk sekolah-sekolah tingkat atas dan beberapa perusahaan besar. Sejak 11 September 2006, orang dengan alamat surat-e apa pun dapat mendaftar di Facebook.[2] Pengguna dapat memilih untuk bergabung dengan satu atau lebih jaringan yang tersedia, seperti berdasarkan sekolah, tempat kerja, atau wilayah geografis.

Hingga Juli 2007, situs ini memiliki jumlah pengguna terdaftar paling besar di antara situs-situs yang berfokus pada sekolah dengan lebih dari 34 juta anggota aktif yang dimilikinya dari seluruh dunia.[3] Dari September 2006 hingga September 2007, peringkatnya naik dari posisi ke-60 ke posisi ke-7 situs paling banyak dikunjungi,[4] dan merupakan situs nomor satu untuk foto di Amerika Serikat, mengungguli situs publik lain seperti Flickr, dengan 8,5 juta foto dimuat setiap harinya.


b. Pengertian Dewasa Awal


Perry (dalam Papalia & Olds 1998) mengungkapkan dewasa awal adalah tahap perkembangan individu dari usia 17 – 45 tahun. Menurut Santrock (1995) masaa dewasa awal adalah tahap perkembangan individu antara 20 – 40 tahun.

Turner & Helms (1987) menjelaskan dewasa awal adalah saat dimana individu memulai suatu tahap baru dalam kehidupannya antara usia 21 – 24 tahun. Levinson (dalam Monks 2001) mengatakan masa dewasa awal adalah tahap perkembangan individu yang berlangsung dari usia 17 – 45 tahun.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan dewasa awal adalah tahap perkembangan individu yang berlangsung dari usia 17 – 45 tahun.


Tugas-tugas Perkembangan Dewasa Awal


Menurut Papalia & Olds (1998) tugas-tugas perkembangan dewasa awal adalah memiliki pasangan hidup, belajar menyesuaikan diri dan hidup berdampingan dengan pasangan hidup, memulai hidup berkeluarga dan peran baru sebagai orang tua, mengasuh anak dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan individualnya, belajar mengatur rumah tangga dan memikul tanggung jawab, memulai karier dan atau menentukan pendidikan, memikul tanggung jawab sebagai warga masyarakat dan mencari kelompok-kelompok sosial.

Tahap keenam perkembangan psikososial Erikson, intimacy vs isolation, adalah isu utama masa dewasa awal individu sudah mulai mencari-cari pasangan hidup. Oleh karena itu, konflik yang dihadapi adalah kesiapan untuk berhubungan secara akrab dengan orang lain vs perasaan terkuat. Seseorang yang berhasil membagi kasih sayang dan perhatian dengan orang lain akan mendapatkan perasaan kemesraan dan keintiman. Sedang yang tidak dapat membagi kasih akan merasa terasing atau terkucil.


3. Studi Kasus


Seorang karyawan tiba-tiba tak masuk kantor. Ia tidak memberitahu lewat surat, juga tidak kirim SMS, apa lagi menelepon. Tapi seorang temannya mengetahui, karyawan bersangkutan tak masuk kantor karena kena flu berat. Tahu dari mana" "Buka Facebook, dong," katanya.

Facebook, tak pelak lagi, telah menjadi situs jaringan sosial paling populer di jagat maya. Pelanggan aktifnya mencapai 64 juta orang pada Maret 2008, dengan rata-rata 20.000 pendaftar baru tiap hari (Freiert, 2007). Untuk rekor pelanggan seperti itu, Facebook tentu menjadi fenomena sosial tersendiri.

Inilah yang membuat banyak ahli sosial penasaran, apa saja dampak sosial yang timbul akibat situs ini. Salah satu hasil penelitian mutakhir yang menarik tentang Facebook dilakukan Aryn Karpinski dari Ohio State University dan Adam Duberstein dari Ohio Dominican University.

Mereka menyimpulkan, terlalu berasyik-masyuk dengan Facebook dapat berdampak buruk. Para mahasiswa pengguna Facebook di Universitas Ohio, misalnya, memiliki rata-rata nilai akademis (grade point averageFacebooking, mereka hanya sempat belajar satu hingga lima jam per pekan.

Bandingkan dengan prestasi para mahasiswa non-Facebook yang menyediakan waktu belajar hingga 11-15 jam per minggu. "Karena itu, mahasiswa kelompok ini memiliki nilai rata-rata lebih tinggi, yakni 3,5-4,0 atau 'A-' dan 'A'," kata Aryn Karpinski, ketua tim peneliti.

Penelitian itu melibatkan 219 responden mahasiswa di Ohio State University. Sebanyak 148 responden menyatakan punya akun Facebook. Yang berstatus mahasiswa 85% dan sarjana 52%. Hasil penelitian itu dipresentasikan dalam pertemuan tahunan American Education Research Association, April lalu.

Temuan menarik lainnya, menurut Karpinski, para Facebooker itu umumnya berasal dari mahasiwa ilmu-ilmu pasti, seperti teknologi, rekayasa, matematika, dan ilmu pasti alam, ketimbang mahasiswa ilmu-ilmu sosial dan humanis. Karpinski melihat, itu terjadi karena para mahasiswa ilmu pasti lebih banyak terlibat dengan internet daripada mahasiswa lainnya.

"Itu menjadi salah satu faktor yang memungkinkan mereka akrab dengan Facebook," kata Karpinski. Selain masalah itu, Karpinski tak menemukan data unik lainnya untuk kategori ras, jenis kelamin, dan suku bangsa. Walau begitu, lebih dari sepertiga pengguna Facebook membantah rendahnya nilai mereka gara-gara mencandu Facebook.

Dalam menjawab pertanyaan terbuka pada penelitian, mereka merasa, penggunaan Facebook tak sampai menimbulkan dampak tertentu. Belajar, menurut responden, tetap menjadi prioritas perhatian mereka. "Tetapi, kenyataannya, hasil penelitian kami menemukan hubungan sebab-akibat di sana," tutur Karpinski.

Ini bukan pertama kali ada penelitian yang membahas dampak Facebook --dan teknologi digital pada umumnya-- terhadap kecerdasan dan mental. Februari lalu, ahli saraf Susan Greenfield dari Oxford University menyimpulkan, situs pertemanan seperti Facebook dan Bebo "menciutkan otak dewasa menjadi otak bayi". Menurut Greenfield, interaksi terus-menerus dengan Facebook dapat "memperpendek konsentrasi" dan "memberikan kesenangan instan" --mirip kondisi otak ketika masih bayi.

Dalam buku terbarunya, iBrain: Surviving the Technological Alteration of the Modern Mind, ahli saraf Gary Small dari UCLA mengingatkan bahwa kemampuan memahami ekspresi pergaulan dan gerak-gerik emosional tubuh dapat berkurang. Ini dapat terjadi pada mereka yang terlalu intens terlibat dalam dunia maya atau teknologi digital lainnya, yang berupaya menggantikan aspek kontak langsung antarmanusia.

Risiko tertinggi terjadi pada anak-anak muda. "Itu karena jiwa dan mental muda cenderung lebih sensitif, paling banyak terpapar oleh teknologi digital seperti itu," tulis Small. Apakah berbagai penelitian itu berlebihan" Wallahualam. Yang jelas, hasil penelitian sosial memang banyak diperdebatkan, termasuk penelitin Kapinski dan kawan-kawan tadi.

Belakangan, tim ahli dari Northwestern University membuat penelitian tandingan. Mereka mengklaim bahwa hasil penelitian mereka lebih "serius" dan "ilmiah". Juru bicara tim peneliti Northwestern, Prof. Eszter Hargittai, mengkritik bahwa metode pengambilan data dan responden tim Karpinski "tidak jelas" dan "tidak representatif".

Karena itu, mereka mengambil data sampel yang lebih besar, melibatkan 1.000 mahasiswa berumur 14-22 tahun. Hasilnya" "Kami tidak menemukan korelasi antara penggunaan Facebook dan rendahnya nilai. Tidak ada hubungannya," kata Hargittai kepada pers.

Penelitian Kapinski, menurut Hargittai, tak lebih dari kecurigaan dampak media digital di dalam masyarakat. Ini persis seperti kecurigaan atas dampak siaran kekerasan dalam televisi dan video game kepada anak-anak. Jadi, Facebook tak lebih dari media pengalih perhatian seperti televisi dan video game.

"Penggunaan internet dan situs jaringan sosial dapat saja positif atau negatif. Memelihara pertemanan, contohnya, dapat juga menghasilkan hal positif. Jadi, tergantung bagaimana kita menggunakannya," tutur Hargittai.

Menurut Hargittai, nilai pelajaran pasti jelek jika pelajar menghabiskan waktu lebih banyak untuk kegiatan lain daripada belajar. Jadi, tak mesti karena Facebook. "Kita memerlukan metode penelitian lebih sempurna dan menyeluruh untuk mengetahui dampak situs pertemanan terhadap performa akademik," kata Hargittai.


Karpinski pun mengaku memahami masalah itu. "Rendahnya nilai bisa terjadi karena banyak faktor. Tetapi, dalam kasus ini, Facebook-lah yang menjadi faktor penentu itu, karena pelajar banyak menggunakan waktunya untuk bersosialisasi secara online," ujar Karpinski. Masalah ini, menurut Karpinski, dapat berdampak panjang sehingga perlu ditangani dan mendapat perhatian serius.

Sayang, sejauh ini belum ada penelitian tentang dampak Facebook di Indonesia. "Yang ada hanyalah sejumlah asumsi bahwa Facebook membuat orang tak produktif, buang-buang waktu. Tapi tak ada data pendukung sama sekali mengenai seberapa besar pengaruhnya," kata Wicaksono, seorang blogger kondang yang juga sangat aktif gaul di Facebook.

Presiden Blogger Indonesia, Enda Nasution, masih melihat Facebook sebagai wadah ekspresi yang efektif, terutama bagi anak muda. "Gagasan dan kreativitas mereka dapat tersalurkan dengan baik," tutur Enda kepada wartawan Gatra Jefira Valianti.

Wicaksono mengakui, dampak positif-negatif Facebook memang ada. Mereka yang menemukan teman lama pasti merasa beruntung. "Tapi seorang istri minta cerai dari suaminya gara-gara sang suami mengubah status jadi lajang termasuk yang buntung," kata Wicaksono, yang situs blog Ndoro Kakung-nya laris bak kacang goreng.

Agar tak muncul hal negatif, sebaiknya Facebook digunakan untuk hal-hal positif. "Gunakan Facebook secara sehat," Wicaksono berpesan.


Daftar Pustaka


http://arif.unpad.ac.id/?p=102

http://www.gatra.com/artikel.php?id=126865

http://id.wikipedia.org/wiki/Facebook